Wisuda Ku




Jam menunjukan pukul 08.00, dan semakin banyak orang yang gerah menahan panasnya ruangan. Sebenarnya bukan karena tidak ada pendingin atau ruang kurang besar, tapi jumlah orang di dalamnya ditambah hampir semuanya berdegup kencang menantikan suasana yang dinantikan itu. Tapi bagaimanapun, setiap orang yang masuk ke ruangan ini sepanjang pagi sangat ceria. Tidak ada rona kesedihan, selalu ada kecerahan memancar dari wajah bersih nan ayu.
08.55 seorang tampak di layar memegang tongkat, terlihat dia paling depan dengan cukup banyak orang di belakangnya. “Senat Akademik memasuki ruangan sidang terbuka.” Semua berdiri, degup semakin kencang dan prose situ pun semakin dekat. Antara tak sabar dan khidmat, semuanya diam menanti. Penuh harap.

Jelaslah sudah, pagi itu adalah wisuda bagi 242 wisudawan, Semua berjalan lancar. Ketua senat akademik membuka sidang, Indonesia Raya, mengheningkan cipta lalu dilanjutkan pengambilan janji wisuda dan pelantikan wisuda.
Ada tangan di lemparkan ke pundak berlawanan saat Indonesia Raya berkumandang dan pengambilan janji. Ada yang mendekap lurus keduanya di depan bawah, sambil menundukan wajah. Ada juga yang meletakan tangan ke belakang layaknya tertawan, untuk membantu semakin dalam wajah tertunduk.
Ada air mata hangat membasahi pelupuk, dari sumber-sumber air mata kesucian. Ada bibir-bibir gemetar menahan suasana. Ada pandangan hampa ke depan, tanpa maksud apapun, benar-benar lurus. Semuanya bertekur, dalam mayapada alam makna.
Jarum jam menunjuk 09.25, Ketua senat Akademik membacakan pidato kepada wisudawan dan hadirin semuanya. Tentang hal-hal baru di Atma Luhur, peran dan posisi Atma Luhur, pesan kepada wisudawan dan tak lupa selamat kepada orang tua. Lalu membusunglah para cum laude saat pembacaan keputusan Kaprodi tentang status itu.
Pukul 09.55, mulailah pemberian ucapan selamat kepada para wisudawan, dimulai. Panjang dan lelah untuk menunggu. Tapi mau tidak mau kesannya, inilah ”wisuda” itu. Maju ke depan dan menerima ucapan selamat dari ketua senat akademik. Setelah pembacaan pidato perwakilan wisudawan, do’a dan penutupan sidang, maka senat akademik dan lainnya meninggalkan ruang.
Senyum lepas menyeringai puas di setiap orang. Perasaan syukur, bangga, berhasil dan sukses terlukis dalam setiap helaan nafas.
Walaupun selalu saja akan ditemui wajah sarat harap ditutupi keceriaan, senyum mermbalut cemas dan tawa menimpa paksa gundah. Ini bukan saja waktu mulai untuk menapak kehidupan nyata, tapi ini adalah tentang tanggung jawab. Terhadap diri sendiri, orang tua, masyarakat, bangsa-negara dan agama. Pantas tidak bukan lagi soal, toh semua sudah berhasil hari ini. Tapi tanggung jawab, tidaklah bicara dalam ranah pantas atau sematan.
Karena berani maju, maka tidak ada pilihan untuk tidak mengambilnya. Dengan cita dan cinta. Selamat berjuang kawan!

Comments :

0 komentar to “Wisuda Ku”
 

trafik

Pengikut